Perspektif Kehidupan

April 12, 2008 § Leave a comment

Fakta yang sangat mengejutkan, bahwa sebagian besar manusia sangat sulit untuk memiliki pengertian terhadap sesamanya. Hanya memiliki sedikit toleransi terhadap perbedaan. Padahal perbedaan itu sendiri adalah sesuatu yang nyata dan selama manusia itu ada maka perbedaan itu pula akan tetap ada. Itu berarti bahwa manusia selamanya akan tetap seperti sekarang. Dunia dipenuhi peperangan (walaupun tujuannya untuk kedamaian tetapi itu tetap sebuah perang) dan kekacauan (penulis tidak bermaksud mendramatisir keadaan, tetapi kenyataannya memang seperti itu). Saya akan memberikan contoh yang menarik, ada dua orang mahasiswa seni rupa diminta untuk menggambar satu objek yang sama dan jika selesai harus segera dikumpulkan. Yang aneh saat dikumpulkan gambar keduanya sangat berbeda. Gambar yang satu objeknya tampak kaku dan kasar dengan objek tampak depan, sedangkan gambar yang lain tampak halus dengan objek tampak samping. Namun dosennya maklum jika keduanya memang menggambar objek yang sama.

Dari contoh tersebut kita tahu bahwa manusia akan selalu memiliki perspektif yang berbeda dalam menggambarkan sesuatu (apapun itu). Dan semua itu berpulang pada pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka peroleh sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan sebuah kenyataan yang tidak dapat dibantah, bahwa manusia selamanya tidak akan bisa bersikap objektif (mungkin hanya berusaha untuk mendekati). Manusia akan selalu dibalut oleh jubah kesubjektifannya, kemanapun ia pergi. Sekarang kita lihat sikap pengertian yang diperlihatkan oleh dosen kedua mahasiwa tersebut, kenapa beliau bisa bersikap seperti itu. Jawabannya karena dosen tersebut telah mengetahui bentuk objek yang digambar dari berbagai sudut, sehingga jelas apapun perspektif yang dipakai mahasiswanya beliau akan selalu tahu apakah objek yang digambar itu benar atau salah. Melalui analogi ini, sangatlah jelas bahwa perdebatan yang sekarang sering terjadi itu dikarenakan pengetahuan yang sangat sempit antara pihak-pihak yang terkait. Jika semua pihak dapat melihat permasalahan dari seluruh perspektif maka penulis sangat yakin perdebatan tersebut tidak akan pernah terjadi. Mengharapkan agar seluruh manusia dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang adalah suatu kemustahilan. Tetapi penulis mengharapkan agar setidaknya manusia mengerti bahwa ada perspektif lain selain yang ia miliki, sehingga diharapkan akan timbul kesadaran bahwa dunia ini diciptakan untuk dilihat dari banyak sudut pandang. Sekali lagi, bahwa dengan segala perbedaan yang ada dunia ini diciptakan. Jadi sangatlah bodoh jika manusia memperdebatkan masalah perbedaan yang ada. Selama manusia tidak belajar untuk mengetahui dan memahami bahwa melalui perbedaan yang ada dunia ini menjadi lebih indah maka selama itu pula segala sesuatu yang berkaitan dengan toleransi tidak akan sepenuhnya tercipta. Persatuan hanya akan jadi sebuah tujuan yang utopis. Dan lebih jauh lagi, dunia yang penuh dengan kedamaian tidak akan pernah tercipta. Jadi akan sangat percuma jika saat ini Anda berkoar-koar untuk menggalang persatuan, selama pelajaran tentang perspektif kehidupan tidak pernah menjadi sebuah prioritas.

Sebagai informasi, pendidikan formal yang ada sekarang (secara sadar atau tidak) lebih mendidik pelajar untuk menjadi seorang yang self-oriented. Pendidikan sekarang sangat jarang untuk menyentuh daerah kemanusiaan (maksud penulis pelajaran tentang kehidupan) seorang manusia. Perspektif ini hanyalah salah satu dari hukum kehidupan yang seharusnya setiap orang tahu. Pembangunan sebuah komunitas global (suatu hal yang selalu didambakan orang-orang besar) yang di dalamnya manusia hidup dalam satu kesatuan tanpa peperangan ataupun kekacauan (dengan segala maaf) adalah sebuah kebohongan besar untuk keadaan seperti saat ini. Wallahualam bishawab.

Leave a comment

What’s this?

You are currently reading Perspektif Kehidupan at Sebuah Catatan Kecil...

meta