Tentang Naik Gunung di Indonesia
January 12, 2014 § Leave a comment
Setelah berkali-kali mendengar berita tentang kematian pemuda atau pemudi di saat menjelajah alam di pegunungan rasanya kok miris sekali yah. Kemirisan bertambah ketika tidak sedikit orang-orang menggerutui para penjelajah-penjelajah pemula yang kurang pengalaman ini. Dasar keluhannya cukup sederhana, “jika tidak memiliki pengalaman jangan sok-sokan jadi pendaki gunung deh, nyawa tuh melayang” atau “jika tidak tahu bagaimana naik gunung jangan berani-berani naik”. « Read the rest of this entry »
Guru Inspirasi: Berbicara Tentang Pak Ardiman
January 9, 2014 § Leave a comment
Sejak duduk di bangku SMP saya sangat tertarik dengan topik perkembangan sebuah negara dan bangsa, apalagi setelah setelah bertemu dengan guru Geografi yang legendaris di SMPN 5 Bandung, Pak Ardiman (sebetulnya saya tidak begitu ingat namanya, karena saya punya penyakit yang namanya “susah inget nama”, tapi muka dan kumis melekat kuat kok di ingatan -sudah diperbaiki namanya red). Beliau punya cara yang unik dalam mengajar Geografi, yaitu setiap kelas biasanya dibagi menjadi beberapa kelompok untuk presentasi beberapa bab di buku pelajaran Geografi. Waktu itu yang menjadi bahan pelajaran adalah mengenai demografi negara. Jadi setiap kelompok biasanya dibagi berdasarkan negara. Seperti presentasi pada umumnya, kita diminta untuk memaparkan demografi sebuah negara. Namun yang menarik adalah Pak Ardiman ini pandai sekali dalam membawa acara presentasi ini. Jika boleh saya sedikit hiperbolis, mungkin di jaman sekarang gaya beliau berbicara adalah perpaduan antara Najwa Shihab, Anies Baswedan dan Ahok. Sehingga presentasi ini biasanya berubah jadi arena perdebatan intelektual luar biasa. Bagi kelompok yang akan presentasi, biasanya mereka menggali semua informasi tentang sebuah negara, tidak hanya memaparkan informasi tetapi juga hal-hal yang tersirat dari informasi tersebut. Sedangkan bagi mereka yang mendengarkan, mereka juga menggali informasi, karena setiap pertanyaan berbobot yang kita lontarkan, akan menjadi penambah nilai kita di raport kelak. « Read the rest of this entry »
Keadilan dan Media
December 31, 2013 § Leave a comment
Ketika rasa keadilan dalam membentuk persepsi dan perspektif didasarkan hanya pada sebuah artikel media, saya pikir Anda sudah membunuh keadilan itu sendiri. Menggemari berita kopong tanpa klarifikasi, dan menyebarkannya seolah sebuah dalil shahih, apa bedanya dengan menggunjing. Memang tak semua berita dari media salah adanya, tapi itu berarti pula tak semua berita benar. Maka bisa dibilang, era informasi ini bak gelombang fitnah yang maha dahsyat, yang tanpa sadar orang ikut terseret beramai-ramai dalam gegap-gempita media. Inilah kenapa mengerikannya jaman sekarang. Sulit untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah di media, jika tiang di ruang pemikiran kita tidak memiliki fondasi yang kokoh mencerna kebenaran dan kebaikan. Apalagi jika semangat yang dibawa adalah semangat kebencian, semangat seperti itu hanya bagi mereka yang senang mencari pembenaran atas ketidakmampuan memahami keadilan, setidaknya keadilan dalam berpikir. Saatnya untuk lebih kritis menilai berita, bukan malah memperparah imbasnya dengan menjadi penyambung lidah bias media.
Catatan: Jangan share terus berita di detik dan kawan-kawannya, apalagi hanya untuk pamer kebencian
Bukan
December 14, 2013 § Leave a comment
berjalan terbalik
terhempas ke tanda tanya
mengayuh kaki sampai jauh
namun belum saatnya menjatuh sauh
bukan begitu sayang?
pertama kali untuk selamanya
ada warna ada kehidupan
pun ketika salju turun
putih memecah kekakuan
bukan begitu sayang?
langit tidak lagi biru
daun tidak lagi di dahan
hangat tidak lagi jadi selimut
tapi itulah warna kehidupan
bukan begitu sayang?
bukan
Inovasi versus Imitasi
December 11, 2013 § Leave a comment
Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan ketika ingin berargumen tentang inovasi dan imitasi, mana yang lebih baik?
1. Biaya untuk melakukan proses imitasi sekitar 60-75% dari total biaya melakukan proses inovasi
2. Dahulu di abad 19, proses imitasi memerlukan hampir ratusan tahun. Rentang tahun 1877-1930, waktu rata-rata untuk melakukan proses imitasi sebuah produk sekitar 20 tahunan. Dan di sekitar tahun 1950-an sekitar 2 tahunan, kemudian saat ini mungkin hanya memerlukan sekitar 12-18 bulan saja.
3. Para pionir atau inovator mendapatkan pangsa pasar sekitar 7% dari total pasar yang ada, sisanya dikuasai para imitator. « Read the rest of this entry »
terbit tenggelam
July 9, 2013 § 5 Comments
koma berhenti di ujung titik
ucap tersekap nada tercekik
tinta-tinta bersimbah di penghujung kata
mengalir tapi tak bermuara
mendesah tapi tak bersuara
terbit tapi tak bercahaya
tenggelam dan entah kemana
malam sudah larut
dan dia masih saja setia disana
membuat kata berhenti di ujung pena
dan suara menguap di udara
Jeju, 09-07-2013
Stand-Up Comedy Korea Selatan
June 22, 2013 § Leave a comment
cc: @iwa_kartiwa @aimelani @ismail_agus @iwax_krempenk http://t.co/AQhd0Ufl7K
— S.B Waluyo (@soburbia) June 22, 2013
Diorama Hati Senja
June 21, 2013 § Leave a comment
Hati lelaki lari berlari diatas rumput belakang pekarangan,
dibawah temaram lampu senja sebelum malam menjelang pelan
tengadah sekilas melihat burung dan angin bersahut-sahutan
kepak mengepak kian tinggi melayang angan
Duh, hati lusuh melipat kenang-kenangan
melihat tungku rasa itu tak kunjung memadam padam
ikhlas melepas ataukah erat memegang jalan pikiran
duh, ini seperti mata pandangan di musim kelam
Busan, 21-06-2013
Negara dengan banyak pilot?
June 15, 2013 § 1 Comment
dalam kosong ambisi mengalir,
riak berdiri membuncah semilir,
apakah kehendak tuan-puan singkap menyingkap tabir?
ataukah hanya ambisi kosong kembali mencibir
ini negara banyak cerita, semua punakawan berasa jadi raja
di pundak sendiri mengandung cerita celaka
berbicara sana kesini banyak berbisa
seolah diri seorang brahmana, tanpa dosa
bekerja saja kawan, jangan khawatirkan negarawan
kita punakawan dengan sedikit sahaja pengetahuan
belajar saja kawan, toh saatnya nanti kita akan di depan
melawan atau dilawan, menawan atau ditawan tergantung pilihan
ini negara bukan negara autopilot
tapi negara dengan banyak pilot
belum kenal pesawat namun tetap ngotot
kalau dilarang, jawabannya kolot dan pakai otot
ah tapi tergantung kehendakmulah, wahai kaum pandir
ambisimu ambisi kosong sekosong angin semilir
Seoul, 2013-06-15
Ber-Tuhan dengan irisan Logika dan Rasa
June 14, 2013 § Leave a comment
Ranah agama memang berada di irisan antara logika dan rasa. Jika Anda perhatikan baik-baik semua dasar iman yang tertera di agama manapun berada di ranah rasa, hati dan kepercayaan yang sifatnya abstrak dan kadang sulit dibuktikan secara empiris. Tunggu dulu jangan kemudian menghakimi saya sebagai sekuler atau julukan apapun yang sering disematkan kepada orang-orang lain yang mencoba untuk berpendapat, terutama di ranah sensitif ini. Tulisan ini saya buat, karena kekhawatiran saya melihat bagaimana umat beragama (dan yang tidak beragama), agama apapun, memanisfestasikan keberagamaan (dan ketidakberagamaan) mereka dalam bermasyarakat, dalam berkehidupan di dunia. Kekhawatiran saya ini muncul setelah mengamati bagaimana orang-orang saat ini melihat agama hanya dari kacamata rasa saja atau dari kacamata logika saja. Beragama hanya dengan rasa saja hanya akan menuntun orang tersebut pada sikap fanatisme buta dengan mengesampingkan rasionalitas. Hal itu tentu saja sangat berbahaya, pengejawantahan ayat-ayat melalui tafsir-tafsir yang tidak rasional kadang berakhir kontraproduktif dengan semangat awal agama tersebut muncul. Sedangkan berpikir dengan logika saja dalam memahami agama, tentu akan menggiring Anda menjadi tidak percaya akan adanya hal-hal yang tidak rasional dalam agama. Seperti saya sebut diawal, dasar agama pun sebagian besar disusun dari hal-hal yang sifatnya tidak rasional. Sehingga tidak sedikit orang yang awalnya berangkat dari logika untuk memahami agama kemudian menjadi tidak percaya adanya Tuhan.